Lewat
kecerdasan yang yang dimiliki Abu Nawas, dia mampu menunukkan jalan untuk
menuju hutan yang sangat indah. Atas usahanya tersebut, abunawas pun
mendapatkan hadiah dari Sang Raja Harun Ar-Rasyid. Bagaimana
kisahnya...
Pada suatu hari yang cerah, Raja Harun Ar-Rasyid mengalami kejenuhan dan berencana hendak pergi ke hutan yang terkenal akan keindahannya. Raja pun mengajak Abu Nawas sebagai pemandu dalam perjalanan tersebut. "Siap, Paduka Raja," kata Abu Nawas. Rupanya Abu Nawas tidak keberatan dengan ajakan Rajanya tersebut, dan berangkatlah mereka ke hutan dengan mengendarai keledai sambil bercengkerama di sepanjang perjalanan. Tanpa terasa mereka sudah menempuh hampir seprauh perjalanan dan tibalah mereka di pertigaan jalan yang jauh dari rumah penduduk.
Pada suatu hari yang cerah, Raja Harun Ar-Rasyid mengalami kejenuhan dan berencana hendak pergi ke hutan yang terkenal akan keindahannya. Raja pun mengajak Abu Nawas sebagai pemandu dalam perjalanan tersebut. "Siap, Paduka Raja," kata Abu Nawas. Rupanya Abu Nawas tidak keberatan dengan ajakan Rajanya tersebut, dan berangkatlah mereka ke hutan dengan mengendarai keledai sambil bercengkerama di sepanjang perjalanan. Tanpa terasa mereka sudah menempuh hampir seprauh perjalanan dan tibalah mereka di pertigaan jalan yang jauh dari rumah penduduk.
Mereka
berhenti karena ragu, ke arah mana hutan yang dituju. Setahu mereka, kedua
jalan itu memang benar menuju hutan yang mereka tuju, hutan wisata yang berisi
binatang-binatang buas. Abu Nawas pun angkat bicara. "Paduka, saya
sarankan agar kita tidak usah meneruskan perjalanan." Kenapa, wahai
Abunawas?" kata Paduka Raja. "Hamba berkata demikian, karena kalau
kita salah pilih jalan, jangan-jangan kita tidak pernah kembali lagi. Bukankah
akan lebih bijaksana kalau kita meninggalkan sesuatu yang meragukan?"
jawab Abu Nawas. Satu Pertanyaan saja. Dalam kebimbangan, anak buah Paduka
Raja, yang masih merupakan teman Abu Nawas berkata. Aku pernah mendengar ada
dua orang kembar yang hidup di semak-semak sebelah sana, " kata Ajudan. "Apakah
engkau mengenalnya?" tanya AbuNawas. "Tidak juga, mereka adalah si
yang memiliki rupa sangat mirip, yang satunya selalu berkata jujur dan satunya
selalu berkata bohong" jawabnya. "Baiklah, kita istirahatu dulu,
nanti kita menuju ke rumah si kembar," kata Abu Nawas.
Abu
Nawas, Paduka Raja dan prajuritnya kemudian beristirahat sejenak sambil makin.
Seusai makan mereka menuju ke rumah si kembar bersaudara itu. Setelah pintu
diketok, maka keluarlah salah satu dari mereka. "Maaf, aku snagat sibuk
hari ini, engkau hanya boleh mengajukan satu pertanyaan saja, tidak
lebih," katanya. Abu Nawas pun mendekati salah satu si kembar beda sifat
itu dan mulai menyakanjalan yang menuju hutan yang indah dengan berbisik. Dan
salah satu si kembar itu pun menjawabnya denga berbisik pula.
Setelah
itu Abu Nawas dan rombongan segera pamit untuk meneruskan paerjalanan. "Paduka
Raja, hutan yang kita tuju jalan sebelah kanan," kata ABu Nawas. "Bagaimana
engkau bisa tahu harus ambil jalan arah kanan? Sedangkan kita tidak tahu apakah
orang yang kita tanya tadi orang yang selalu berkata benar atau berkata berkata
bohong?" tanya Paduka Raja. "Wahai, Paduka, orang yang aku tanyai
tadi menunjukkan jalan sebelah kiri," kata Abu Nawas. Paduka Raja masih
juga belum mengerti dengan perkataan Abu Nawas. "Apa maksudnya?"
tanya raja. "Karena orang itu menunjukkan jalan sebelah kiri?" jawab
Abu Nawas. "Coba jelaskan kepadaku," kata Raja.
Tadi
aku bertanya ke orang itu, "Apakah yang akan dikatakan saudaramu bila aku
bertanya jalan mana yang menuju hutan yang indah?" Dan dia menjawab
sebelah kiri. Dengan pertanyaan itu siapapun yang aku tanya entah si kembar
yang selalu berbohong maupaun si kembar yang selalu berkata benar pasti akan
menjawab sebelah kiri.
Jawabannya:
1.
Bila yang ditanya tadi orang yang selalu berkata benar. "Jalan sebelah
kiri, karena ia tahu saudara kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri sebab
ia tahu saudara kembarnya selalu berkata bohong."
2.
Bila yang ditanya tadi orang yang selalu berkata bohong. "Jalan sebelah
kiri, karena ia tahu bahwa saudara kembarnya akan mengatakan sebelah kiri sebab
saudaranya selalu berkata benar”.
Akhirnya rombongan raja itu memilih jalan yang ditunjuk abunawas, tak lama kemudian masuklah mereka ke dalam hutan yang memiliki pemandangan yang indah. Raja pun menjadi senang dan memberikan sebuah haidah kepada Abu Nawas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar